Definisi dan Ruang Lingkup
SKI
adalah suatu bidang kajian yang membahas tidak hanya proses komunikasi
saja, tetapi juga unsur-unsur di dalamnya, dan hubungan antara sistem
komunikasi dengan sistem lainnya, serta bagaimana gambaran
berlangsungnya sistem komunikasi di Indonesia. Nurudin, di dalam bukunya
yang berjudul Sistem Komunikasi Indonesia, mengelompokkan SKI menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
- Jika ditinjau dari segi wilayah geografisnya, sistem komunikasi bisa dibagi menjadi dua, yakni sistem komunikasi di pedesaan dan perkotaan. Di Indonesia realitas komunikasi di perkotaan dengan di pedesaan sangat berbeda jauh. Di desa, sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh keberadaan opinion leader (pemimpin opini, pemuka pendapat) sebagai pihak penerjemah pesan, interpretator karena kelebihannya dibandingkan masyarakat kebanyakan. Adapun masyarakat kota, sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh keberadaan media massa mengingat ciri masyarakat kota lebih individualistis dibandingkan masyarakat desa. Ini juga sejalan dengan tingkat perkembangan pendidikan warga kota yang memungkinkan mereka lebih bergantung pada media massa.
- Jika ditinjau dari media yang digunakan, ada sistem media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), sistem media elektronik (televisi, radio), dan sistem media online atau internet. Di samping itu ada pula sistem media tradisional, misalnya saja wayang, ketoprak, ludruk, atau bentuk folklor antara lain: (1) cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng), (2) ungkapan rakyat (peribahasa, pepatah), (3) puisi rakyat, (4) nyanyian rakyat, (5) teater rakyat, (6) gerak isyarat, (7) alat pengingat, dan (8) alat bunyi.
Merujuk
pada klasifikasi Sistem Komunikasi Indonesia di atas, semakin jelas
kiranya peta SKI sebagai bagian yang sangat penting dalam kajian ilmu
komunikasi selain sebagai mata kuliah. SKI menunjukkan kekhasannya
tersendiri yang perlu dibahas secara mendalam. Namun, mengapa SKI perlu
dipelajari? Jawaban dari pertanyaan tersebut sekiranya bisa dijawab dari
beberapa poin di bawah ini:
- Alasan pertama ialah perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat di Indonesia (dan bahkan terus berkembang di masa yang akan datang) sehingga akan mengubah pola arus informasi yang akan berkembang. Perkembangan yang cepat tersebut jelas membutuhkan kajian khusus dan mendalam.
- Alasan kedua adalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang multietnis. Dengan kata lain, Indonesia ialah negara yang mempunyai heterogenitas keadaal wsuku, agama, dan ras. Hal ini memungkinkan masing-masing daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, sehingga berbeda pula konteks sistem komunikasinya.
- Alasan ketiga adalah meskipun perkembangan teknologi komunikasi sedemikian pesat, tetapi mayoritas masyarakat Indonesia masih tinggal di pedesaan. Hal ini mengakibatkan perkembangan media massa tidak selamanya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu, ciri komunikasi yang berkembang di desa jelas berbeda dengan yang di kota. Dan membutuhkan kajian para pemimpin opini (opinion leader), para penyuluh pembangunan, dan juru penerang desa sebagai pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam sistem komunikasi pedesaan.
- Alasan keempat ialah SKI merupakan pembahasan yang kompleks dan melibatkan banyak unsur serta hal di dalamnya. Maka, SKI tidak bisa dibahas secara sekilas dan dimasukkan dalam pembahasan mata kuliah tertentu. SKI harus dijelaskan secara menyeluruh atau komprehensif.
- Alasan terakhir adalah SKI jelas berbeda dengan sistem komunikasi di negara lain. Perbedaan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kondisi sistem sosial, politik, dan budaya yang dikembangkan. Itu artinya sistem politik, sosial, dan budaya masyarakat Indonesia juga akan memberi warna dan corak terhadap sistem komunikasinya.
Kaitan SKI dengan Sistem Lainnya
SKI
merupakan sebuah sistem yang tidak bisa berdiri sendiri dan tentunya
berkaitan dengan sistem-sistem lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
sistem-sistem lainnya berpengaruh langsung terhadap SKI. Begitu juga
dengan sistem lain, tidak akan lengkap keberadaaannya tanpa adanya SKI.
Secara umum, hubungan antara sistem komunikasi dengan sistem lainnya
adalah sebagai berikut:
1. Sistem komunikasi dipengaruhi oleh sistem sosial
Jika
dikatakan secara ringkas, sistem komunikasi berada di bawah subordinate
sistem sosial. Sistem sosial adalah sebuah bangunan sistem yang besar
yang didalamnya mempunyai subsistem, termasuk sistem komunikasi itu
sendiri. Sedangkan sistem komunikasi bersama sistem lain yang juga
merupakan bagian dari sistem sosial mendukung eksistensi atau
keberadaannya secara bersama-sama. Misalnya sistem ekonomi, sistem
budaya, sistem politik mendukung dan memberi arti keberadaan sistem
sosialnya.
Sistem
sosial yang mengedepankan budaya feodalisme atau paternalisme akan
mempengaruhi proses komunikasi. Ini juga berlaku pada sistem sosial yang
mengedepankan sistem kepercayaan. Sistem kasta dalam masyarakat pun
akan memberi andil besar dalam proses komunikasi. Ditinjau dari segi
komunikasi, mereka yang berasal dari kasta sudra (golongan rendah) akan
sangat kesulitan berkomunikasi dengan mereka yang berkasta ksatria.
Artinya, sistem kasta sebagai sistem kepercayaan dalam sistem sosial
mempengaruhi sistem komunikasi.
Di
Indonesia tak bisa dipungkiri bahwa sistem sosial Jawa masih sangat
menentukan sistem komunikasinya. Dalam budaya Jawa dikenal nilai ewuh pakewuh atau sungkan.
Kenyataan ini juga termanifestasikan dalam sistem komunikasi.
Bentuknya, orang akan merasa “tidak enak untuk mendahului atasan”
apalagi bila harus mengkritiknya.
Sistem
sosial di sini jika lebih dioperasionalisasikan memasukkan sistem
kepercayaan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa sistem kepercayaan yang
berkembang dalam masyarakat akan ikut memberikan “warna” proses dan
bentuk komunikasinya. Kita bisa mengambil contoh dalam sistem “kasta”
pada masyarakat Hindu-Bali. Meskipun sistem kasta banyak dikritik dan
bahkan ada yang sudah meninggalkan sistem tersebut seiring perkembangan
zaman, tetapi ada sebagian masyarakat yang masih mempercayai dan
menerapkannya. Masyarakat yang mempercayai sistem kasta sebagai
kepercayaan utama akan mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukannya.
Jadi, golongan “kelas bawah” bisa berbicara atau menentukan jodoh
dengan “kelas atas” dalam sistem yang demokratis, tetapi dalam sistem
kepercayaan kasta, hal ini sulit dilakukan. Artinya, sistem kepercayaan
memiliki andil besar bagi proses komunikasi. Dengan kata lain, sistem
kepercayaan sebagai operasionalisasi sistem sosial mempengaruhi sistem
komunikasi.
2. Sistem komunikasi dipengaruhi oleh sistem politik.
Studi
penelitian mengenai hubungan antara sistem pers dengan sistem politik
telah banyak dilakukan oleh para ahli. Namun hubungan antara sistem
komunikasi dengan sistem politik belum banyak dikaji. Dalam praktik
politik, sistem komunikasi akan dipengaruhi pula oleh keberadaan sistem
politik. Sistem politik yang demokratis, misalnya, akan memberi peluang
proses komunikasi (dalam sistem komunikasi) yang demokratis pula.
Sebaliknya sistem politik otoriter akan membuat sistem komunikasi yang
otoriter pula. Sebab, proses komunikasi yang dikembangkan jelas hanya
ditentukan oleh penguasa dan berjalan dari atas ke bawah. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pengaruh sistem politik yang memfungsikan pola
seperti itu.
Kita
bisa membandingkan antara sistem politik pemerintahan Era Orde Baru dan
Era Reformasi. Pada Era Orde Baru, sistem politik hanya ditentukan oleh
pemerintah dengan mengebiri otonomi masyarakat, sedangkan Era Reformasi
sistemnya lebih demokratis. Terbukti dengan dibukanya kran keterbukaan
dan semua pihak boleh menyuarakan pendapatnya, asalkan masih dalam rambu
kontitusi. Kenyataan di atas sangat berpengaruh terhadap berjalannya
sistem komunikasi. Bagian sistem komunikasi misalnya adalah sistem pers
pun sangat lain. Pers Era Orde Baru penuh kekangan, dihambat kebebasan
persnya, dihantui pembatalan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP),
dan adanya budaya peringatan. Sedangkan pada Era Reformasi, semua itu
dihapus, mulai dari dihapusnya SIUPP sampai pembubaran Deppen. Kenyataan
sistem politik tersebut memberikan andil dan berpengaruh secara
langsung bagi kebebasan sistem komunikasi.
3. Sistem Komunikasi dipengaruhi ileh sistem berfikirnya yang berlandaskan Falsafah Pancasila.
Pancasila
sebagai falsafah negara yang mewarnai pola pikir penyelenggara NKRI dan
falsafah bangsa yang berasaskan Pancaasila dengan butir nilai yang
terkandung didalamnya akan memandu keseluruhan komponen bangsa dalam
menyelenggara kegiatan komunikasinya baik dalam komunikasi langsung
maupun dengan menggunakan berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik, baik secara lisan, tulisan maupun audio-visual. Nilai-nilai
Pancasila yang akan menjadi landasan dalam pembuatan dan pelaksaanaan
Perundangan yang berlaku di segenap wilayah Negara Kesatuan republik
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang akan membingkai berbagai norma
adat maupun modern menjadi pranata institusional yang dinamis dalam
Sistem Komunikasi Nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional yang
tertuang dalam tujuan negara Indonesia dan termaktub dalam Preambul
UUD1945.
0 komentar:
Posting Komentar